Daftar Nama Lagu Daerah Musik Tradisional Khas Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara Indonesia
Lagu Ampar-Ampar Pisang berasal
dari daerah / provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Anak Kambing Saya berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Angin Mamiri berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Anju Ahu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Apuse berasal dari daerah / provinsi Papua
Lagu Ayam Den Lapeh berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Barek Solok berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Batanghari berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Bolelebo berasal dari daerah / provinsi Nusa Tenggara Barat
Lagu Bubuy Bulan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Bungong Jeumpa berasal dari daerah / provinsi NAD
Lagu Burung Tantina berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Butet berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Cik-Cik Periuk berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Barat
Lagu Cing Cangkeling berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Dago Inang Sarge berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Dayung Palinggam berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Dek Sangke berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan
Lagu Desaku berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Esa Mokan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Gambang Suling berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Gek Kepriye berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Goro-Gorone berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Gundul Pacul berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Haleleu Ala De Teang berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Fluhatee berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu llir-llir berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Indung-Indung berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Timur
Lagu Injit-Injit Semut berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Jali-Jali berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Jamuran berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Kabile-bile berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan
Lagu Kalayar berasal dari daerah / provinsi Kalimatan Tengah
Lagu Kambanglah Bungo berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Kampung nan Jauh Di Mato berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Ka Parak Tingga berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Keraban Sape berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur
Lagu Keroncong Kemayoran berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Kicir-Kicir berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Kole-Kole berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Lalan Belek berasal dari daerah / provinsi Bengkulu
Lagu Lembah Alas berasal dari daerah / provinsi NAD
Lagu Lipang Lipangdang berasal dari daerah / provinsi Lampung
Lagu Lisoi berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Macep-cepetan berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Madedek Magambiri berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Malam Baiko berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Mande-Mande berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Manuk Dadali berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Ma Rencong berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Mejangeran berasal dari daerah / provinsi Baii
Lagu Meriam Tomong berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Meyong-Meyong berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Moree berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Na Sonang Dohita Nadua berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Ngusak Asik berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Nuluya berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Tengah
Lagu 0 Ina Ni Keke berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Ole Sioh berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu 0 Re Re berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Orlen-Orlen berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu 0 Ulate berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Pai Mura Rame berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Pakarena berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Palu Lempong Pupoi berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Tengah
Lagu Panon Hideung berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Paris Barantai berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Peia Tawa-Tawa berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Tenggara
Lagu Pileuleuyan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Pinang Muda berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Pitik Tukung berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Potong Bebek berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Putri Ayu berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Rambadia berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Rang Talu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Rasa Sayang-Sayange berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Ratu Anom berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Saputanga Bapuncu Ampat berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Sarinande berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Selendang Mayang berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Sengko-Sengko berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Sepakat Segenap berasal dari daerah / provinsi DI Aceh
Lagu Sinanggar Tulo berasal dari daerah / provinsi Sumatera Utara
Lagu Sing Sing So berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Sinom berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Sipatokahan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Sitara Tillo berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Soleram berasal dari daerah / provinsi Riau
Lagu Surilang berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Suwe Ora Jamu berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Tahanusangkara berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Tanduk Majeng berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur
Lagu Tanase berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Tari Tanggai berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan
Lagu Tebe O Nana berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Tekate Dipanah berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Tokecang berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Tondok Kadindangku berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Tengah
Lagu Tope Gugu berasal dari daerah / provinsi SulawesiTengah
Lagu Tumpi Wayu berasal dari daerah / provinsi KalimantanTengah
Lagu Tutu Koda berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Yamko Rambe Yamko berasal dari daerah / provinsi Papua
Lagu Anak Kambing Saya berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Angin Mamiri berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Anju Ahu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Apuse berasal dari daerah / provinsi Papua
Lagu Ayam Den Lapeh berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Barek Solok berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Batanghari berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Bolelebo berasal dari daerah / provinsi Nusa Tenggara Barat
Lagu Bubuy Bulan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Bungong Jeumpa berasal dari daerah / provinsi NAD
Lagu Burung Tantina berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Butet berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Cik-Cik Periuk berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Barat
Lagu Cing Cangkeling berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Dago Inang Sarge berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Dayung Palinggam berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Dek Sangke berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan
Lagu Desaku berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Esa Mokan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Gambang Suling berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Gek Kepriye berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Goro-Gorone berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Gundul Pacul berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Haleleu Ala De Teang berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Fluhatee berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu llir-llir berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Indung-Indung berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Timur
Lagu Injit-Injit Semut berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Jali-Jali berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Jamuran berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Kabile-bile berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan
Lagu Kalayar berasal dari daerah / provinsi Kalimatan Tengah
Lagu Kambanglah Bungo berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Kampung nan Jauh Di Mato berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Ka Parak Tingga berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Keraban Sape berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur
Lagu Keroncong Kemayoran berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Kicir-Kicir berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Kole-Kole berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Lalan Belek berasal dari daerah / provinsi Bengkulu
Lagu Lembah Alas berasal dari daerah / provinsi NAD
Lagu Lipang Lipangdang berasal dari daerah / provinsi Lampung
Lagu Lisoi berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Macep-cepetan berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Madedek Magambiri berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Malam Baiko berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Mande-Mande berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Manuk Dadali berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Ma Rencong berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Mejangeran berasal dari daerah / provinsi Baii
Lagu Meriam Tomong berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Meyong-Meyong berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Moree berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Na Sonang Dohita Nadua berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Ngusak Asik berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Nuluya berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Tengah
Lagu 0 Ina Ni Keke berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Ole Sioh berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu 0 Re Re berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Orlen-Orlen berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu 0 Ulate berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Pai Mura Rame berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Pakarena berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Palu Lempong Pupoi berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Tengah
Lagu Panon Hideung berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Paris Barantai berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Peia Tawa-Tawa berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Tenggara
Lagu Pileuleuyan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Pinang Muda berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Pitik Tukung berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Potong Bebek berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Putri Ayu berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Rambadia berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Rang Talu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Rasa Sayang-Sayange berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Ratu Anom berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Saputanga Bapuncu Ampat berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Sarinande berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Selendang Mayang berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Sengko-Sengko berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Sepakat Segenap berasal dari daerah / provinsi DI Aceh
Lagu Sinanggar Tulo berasal dari daerah / provinsi Sumatera Utara
Lagu Sing Sing So berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Sinom berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Sipatokahan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Sitara Tillo berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Soleram berasal dari daerah / provinsi Riau
Lagu Surilang berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Suwe Ora Jamu berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Tahanusangkara berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Tanduk Majeng berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur
Lagu Tanase berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Tari Tanggai berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan
Lagu Tebe O Nana berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Tekate Dipanah berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Tokecang berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Tondok Kadindangku berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Tengah
Lagu Tope Gugu berasal dari daerah / provinsi SulawesiTengah
Lagu Tumpi Wayu berasal dari daerah / provinsi KalimantanTengah
Lagu Tutu Koda berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Yamko Rambe Yamko berasal dari daerah / provinsi Papua
Nama Alat Musik Tradisional Khas Daerah Adat Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara Indonesia
1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh
Darussalam / NAD
Alat Musik Tradisional : TT
2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut
Alat Musik Tradisional : Aramba, Doli-doli, Druri dana, Faritia, Garantung, Gonrang, Hapetan,
3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar
Alat Musik Tradisional : Saluang, Talempong Pacik
4. Provinsi Riau
Alat Musik Tradisional : TT
5. Provinsi Jambi
Alat Musik Tradisional : TT
6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel
Alat Musik Tradisional : TT
7. Provinsi Lampung
Alat Musik Tradisional : TT
8. Provinsi Bengkulu
Alat Musik Tradisional : TT
9. Provinsi DKI Jakarta
Alat Musik Tradisional : TT
10. Provinsi Jawa Barat / Jabar
Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan Sunda, Angklung, Rebab, Siter / Celempung
11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng
Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung
12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta
Alat Musik Tradisional : TT
13. Provinsi Jawa Timur / Jatim
Alat Musik Tradisional : TT
14. Provinsi Bali
Alat Musik Tradisional : Gamelan Bali
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB
Alat Musik Tradisional : Cungklik
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT
Alat Musik Tradisional : Foi Mere, Sasando, Keloko
17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar
Alat Musik Tradisional : TT
18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng
Alat Musik Tradisional : TT
19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel
Alat Musik Tradisional : Babun
20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim
Alat Musik Tradisional : TT
21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut
Alat Musik Tradisional : TT
22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng
Alat Musik Tradisional : TT
23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra
Alat Musik Tradisional : TT
24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel
Alat Musik Tradisional : Alosu, Anak Becing, Basi-Basi, Popondi, Keso-Keso, Lembang
25. Provinsi Maluku
Alat Musik Tradisional : Floit, Nafiri, Totobuang, Tifa
26. Provinsi Irian Jaya / Papua
Alat Musik Tradisional : Atowo, Tifa, Fu
27. Provinsi Timor-Timur / Timtim
Alat Musik Tradisional : TT
Alat Musik Tradisional : TT
2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut
Alat Musik Tradisional : Aramba, Doli-doli, Druri dana, Faritia, Garantung, Gonrang, Hapetan,
3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar
Alat Musik Tradisional : Saluang, Talempong Pacik
4. Provinsi Riau
Alat Musik Tradisional : TT
5. Provinsi Jambi
Alat Musik Tradisional : TT
6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel
Alat Musik Tradisional : TT
7. Provinsi Lampung
Alat Musik Tradisional : TT
8. Provinsi Bengkulu
Alat Musik Tradisional : TT
9. Provinsi DKI Jakarta
Alat Musik Tradisional : TT
10. Provinsi Jawa Barat / Jabar
Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan Sunda, Angklung, Rebab, Siter / Celempung
11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng
Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung
12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta
Alat Musik Tradisional : TT
13. Provinsi Jawa Timur / Jatim
Alat Musik Tradisional : TT
14. Provinsi Bali
Alat Musik Tradisional : Gamelan Bali
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB
Alat Musik Tradisional : Cungklik
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT
Alat Musik Tradisional : Foi Mere, Sasando, Keloko
17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar
Alat Musik Tradisional : TT
18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng
Alat Musik Tradisional : TT
19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel
Alat Musik Tradisional : Babun
20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim
Alat Musik Tradisional : TT
21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut
Alat Musik Tradisional : TT
22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng
Alat Musik Tradisional : TT
23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra
Alat Musik Tradisional : TT
24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel
Alat Musik Tradisional : Alosu, Anak Becing, Basi-Basi, Popondi, Keso-Keso, Lembang
25. Provinsi Maluku
Alat Musik Tradisional : Floit, Nafiri, Totobuang, Tifa
26. Provinsi Irian Jaya / Papua
Alat Musik Tradisional : Atowo, Tifa, Fu
27. Provinsi Timor-Timur / Timtim
Alat Musik Tradisional : TT
Lain-Lain :
- Gerdek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Kere-kere galang berasal dari daerah Goa
- Kinu berasal dari daerah Pulau Roti
- Kolintang berasal dari daerah Minahasa
- Sampek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Talindo berasal dari daerah Sulawesi
- Kecapi berasal dari daerah Seluruh Nusantara Umumnya di Jawa
- Kledi berasal dari daerah Kalimantan
- Serunai berasal dari daerah Sumatera
- Gerdek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Kere-kere galang berasal dari daerah Goa
- Kinu berasal dari daerah Pulau Roti
- Kolintang berasal dari daerah Minahasa
- Sampek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Talindo berasal dari daerah Sulawesi
- Kecapi berasal dari daerah Seluruh Nusantara Umumnya di Jawa
- Kledi berasal dari daerah Kalimantan
- Serunai berasal dari daerah Sumatera
Keterangan Singkatan :
TT = Tidak Tersedia
TT = Tidak Tersedia
Keterangan :
Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi dengan provinsi terakhir masih timor timur. Timor timur kini sudah terpisah dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor Leste.
Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi dengan provinsi terakhir masih timor timur. Timor timur kini sudah terpisah dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor Leste.
Alat Musik Tradisional Sumatera Barat
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatra
Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari
setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa
diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa
diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen
alat musik tradisional antara lain :
1. Saluang
Saluang adalah alat musik
tradisional khas Minangkabau, Sumatra
Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum
brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling
bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang
yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik
suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan
empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm.
Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu
makanan tradisional Minangkabau.Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan
Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang
dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat
memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan
ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga
sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas).Tiap nagari di
Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari
memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang, Pariaman,
Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit
dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal
lagu. Style yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, khabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri
yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang
Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehkan pitunang
Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik
bidodari di dalam sarugo mandanga buni saluang ambo, kununlah anak sidang
manusia……dst.
2. Bansi
Bentuknya Pendek dan memiliki 7 lubang
dan dapat memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada
standar. Setelah tahu bentuknya lalu saya coba untuk belajar bansi terlebih
dahulu karena mudah, saya bawakan musik bansi yang ada dalam tari pasambahan,
dan lumayan mudah. Untuk saluang, sampai saat ini masih belajar dengan keras
karena saya anggap orang yang mahir di saluang berarti untuk alat musik
tiuplainnya pasti mudah.
Saat ini saluang lah yang saya anggap
mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dalam memainkannya. Hanya orang-orang
yang mempunyai perasaan yang lembut dan menjiwai terhadap apa yang di
bunyikannya.
3. Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau.
Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun
ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis
kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya
berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai
tempat tangga
nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan
pada permukaannya.
Talempong
biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari pasambahan, tari gelombang,dll.
Talempong juga digunakan untuk menyambut tamu istimewa. Talempong ini
memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga pranada DO dan
diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama
dengan memainkan piano.
4. Rabab
Rabab merupakan kesenian di Minangkabau
yang dimainkan dengan menggesek biola.Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik
seseorang.Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau
dikenal dengan istilah Kaba.
5. Gandang Tabuik.
Tabuik berbentuk bangunan
bertingkat tiga terbuat dari kayu, rotan, dan bambu dengan tinggi mencapai 10
meter dan berat sekitar 500 kilogram. Bagian bawah Tabuik berbentuk badan
seekor kuda besar bersayap lebar dan berkepala “wanita” cantik berjilbab. Kuda
gemuk itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna
hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda
tersebut merupakan simbol kendaraan Bouraq yang dalam cerita zaman dulu adalah
kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat. Pada bagian tengah
Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya makin ke atas makin besar dengan
dibalut kain beludru dan kertas hias aneka warna yang ditempelkan dengan motif
ukiran khas Minangkabau. Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan “bungo
salapan” (delapan bunga) berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif
ukiran atau batik. Pada bagian puncak Tabuik berbentuk payung besar dibalut
kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung
ditancapkan patung burung merpati putih. Di kaki Tabuik terdapat empat kayu
balok bersilang dengan panjang masing-masing balok sekitar 10 meter. Balok-balok
itu digunakan untuk menggotong dan “menghoyak” Tabuik yang dilakukan sekitar 50
orang dewasa. Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni
kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Tabuik dibuat di rumah Tabuik secara
bersama-sama dengan melibatkan para ahli budaya dengan biaya mencapai puluhan
juta rupiah untuk satu Tabuik.
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari
daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan
struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan
dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan
pergi/merantau.Industri musik di Sumatra Barat semakin berkembang dengan
munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam
musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatra
Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes
Gumarang.
SEJARAH GAMELAN JAWA
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis,
yang terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking
(Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,, Siter,
Suling.Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu,
logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran
musik gamelan
\\
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel”
yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai
kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti
sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini.
Tetapi, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu –
Budha mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan
dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya
adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara
dan penyanyi wanita disebut waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang
Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh
tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah
Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu).
Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”,
yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan
khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua
gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang
sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di
beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan
di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya
terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam
berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk
sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya,
gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian.
Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Gamelan yang berkembang di Jawa
Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan
Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila
dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan
Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling.
Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan
terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara
keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan
bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang
meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud
paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan
seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap
penutup irama.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat
kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”,
“pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa
Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti
skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
- Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.
- Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang
terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan
serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Gamelan Jawa
GAMELAN
JAWA
Gamelan
sebenarnya bukan lagi merupakan musik yang asing. Popularitas Gamelan telah
merambah berbagai benua dan bahkan telah banyak dipakai oleh para musisi untuk
memadukan musik modern dengan musik tempo dulu. Banyak musisi,
peneliti atau pun pelajar yang datang ke Indonesia untuk belajar Gamelan.
Mungkin inilah salah satu sebab mengapa Gamelan terpilih sebagai salah satu
musik yang direkam dalam Piringan Emas Voyager pada tahun 1977.
Di
Indonesia, Gamelan banyak dijumpai di Jawa, Bali, Madura dan Lombok. Kita pun
bisa mengenal berbagai jenis Gamelan seperti: Gamelan Jawa, Gamelan Sunda,
Gamelan Bali, Gamelan Banyuwangi, dan lain-lain. Meskipun terdapat berbagai
jenis Gamelan, namun diyakini bahwa Gamelan Indonesia berasal dari satu sumber
yang sama. Perbedannya hanya terletak pada teknik / cara permainan dan
alat-alat yang mengiringinya. Contoh: Gamelan Jawa dikenal lebih lembut dan
“slow”, tarikan rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang
dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Sementara Gamelan Sunda
mendayu-dayu dan didominasi oleh suara seruling.Mengingat keterbatasan
referensi penulis, maka dalam tulisan ini penulis hanya akan membahas tentang
Gamelan Jawa.Mudah-mudahan suatu saat nanti penulis akan memiliki kesempatan
untuk menulis tentang Gamelan Sunda, Gamelan Bali atau pun Gamelan yang
lainnya.
SEJARAH
GAMELAN JAWA
Pada
awal mulanya, Gamelan hanyalah berupa Gong besar. Kemudian ditambah dengan
beberapa buah gong kecil yang disebut Kempul dalam jumlah yang
terbatas. Dalam perkembangan selanjutnya barulah ditambah dengan berbagai
instrumen lain sehingga terbentuk seperangkat Gamelan seperti yang kita kenal
saat ini.Dalam mitologi Jawa, Gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era
Saka, Dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra
di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama
menciptakan gong untuk memanggil para dewa, dan untuk pesan yang lebih khusus
Ia kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk seperangkat Gamelan.
Sebagian
besar alat musik Gamelan terdiri dari alat musik perkusi yang dimainkan dengan
cara dipukul atau ditabuh. Oleh sebab itu pada waktu orang memainkan alat musik
Gamelan biasanya disebut “NGGAMEL”. Nggamel adalah bahasa Jawa yang berarti
Memukul / Menabuh. Inilah sebenarnya asal usul kata GAMELAN (Nggamel = Gamel
ditambahan akhiran –an).
Tidak
ada catatan resmi tentang kapan pertama kali Gamelan dimainkan. Namun
perkembangan musik Gamelan diperkirakan mulai ada sejak kemunculan kentongan,
rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya
alat musik dari logam. Perkembangan musik Gamelan tidak luput dari pengaruh
India, mengingat bahwa pada sekitar abad VII sampai dengan abad XV, kebudayaan Jawa
mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India.
Gambaran
tentang alat musik ensembel (kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih
alat musik yang dimainkan oleh sekelompok musisi) pertama ditemukan di Candi
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang berdiri sejak abad ke-8. Alat musik yang
ditemukan di relief candi tersebut misalnya suling bambu, kendhang, kecapi, dan
alat musik berdawai yang digesek dan dipetik.Selain di Borobudur, relief yang
berisi tentang alat musik Gamelan juga dapat ditemukan di Candi Jago (Abad ke
-13), Candi Panataran (Abad ke-14), Candi Kedaton ( Abad ke-14), dan
lain-lain.
Alat Musik Tradisional Bali
Gamelan Bali
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam tehnik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya Gamelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan Gambang, Gamelan Selunding, dan Gamelan Semar Pegulingan. Adapula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben, serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.
Angklung
Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda, serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong, dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling mempengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok.
Tarian dan Musik Tradisional Dayak
Tari PEMUNG TAWAI (Dayak Kenyah)
Tari yang mengungkapkan bagaimana kita hidup dalam satu lingkungan.
Hidup dengan selalu bersatu hati, bersatu pikiran dan saling menghargai satu
dengan lainnya.
Tari IRUANG WUDRUNG (Dayak Ma’anyan)
Ditarikan oleh kelompok penari perempuan, yang disebut “Wadian
Dadas” bersama-sama dengan kelompok penari laki-laki, disebut “Wadian Bawo”.
Tarian ini biasanya dibawakan di berbagai upacara ritual orang Dayak Ma’anyan,
seperti upacara penyembuhan, pernikahan, penyambutan tamu dan tradisi tahun
baru (waktu panen pertama). Janur kelapa yang menjadi asesoris penari digunakan
sebagai symbol untuk mengusir roh-roh jahat yang akan mengganggu jalannya
upacara.
Tari ANYAMAN
(Dayak Kenyah)
Tari yang menggambarkan tentang bagaimana kita hidup dalam satu
wilayah yang beraneka adat istiadat, budaya, etnis suku dan agama yang
berbeda-beda. Harapan kita, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu dan saling
terikat antara satu dengan yang lainnya. Maka kehidupan tersebut dilambangkan
dengan tarian anyaman. Dan burung Enggang sebagai pemersatu suku-suku Dayak.
Tari HUDOQ (Dayak
Bahau-Busang)
Melambangkan turunnya para dewa dari kayangan, yang mengetahui para
petani di bumi sedang menanam padi. Tujuan mereka turun ke bumi adalah untuk
mengusir seluruh hama tanaman padi. O.k.i, tarian ini biasanya dilakukan
masyarakat Dayak Bahau-Busang setelah menanam padi.
Tari UOK
BOTUNG (Dayak Paser)
“Uok Botung” adalah sebutan terhadap roh jahat berwujud hantu yang
berasal dari pohon bambo, yang mengganggu kehidupan warga setempat. Lima
kesatria yg merasa iba thd warga desa kmdn bertekad membunuh Uok Botung namun
gagal karena kalah kesaktian. Kmdn Dewa Bumi membantu lima kesatria tsb, yg
pada akhirnya mereka dapat menerbangkan mandau dan mengalahkan Uok Botung.
Tari MAHO
DORAN KORY/Wanita Legendaris (Dayak Aoheng)
Perang tanding antara pangeran (tunangan sang puteri yg cantik dan
bijaksana) dengan pangeran lain yg ingin mendekati putri tsb. Salah satu
pangeran kalah dan kembali ke asalnya dan putri menerima pangeran gagah berani
yg menang dalam perkelahian tsb. (Maap niy, potonya ga ada, saya jg heran..kok
ga moto yaa, kayaknya saya pas lg asyik nyari cemilan deh..)
Tari KODE
BURA (Dayak Paser)
Menceritakan ttg lahirnya Kode Bura atau kera putih. Dahulu, kode
bura adalah manusia biasa, yang membunuh dan memakan jantung seorang putri sakti
karena ingin memiliki kesaktiannya berupa bisa hidup di dua alam. Namun alam
menjadi murka dan mengutuk pemuda tersebut menjadi seekor kera putih.
Tari
TINGGANG MORU/Enggang mandi (Dayak Aoheng)
Burung Enggang adalah burung cantik, anggun, peliharaan para dewa
dan menjadi lambang suku Dayak. Gerak terbang, loncat, hinggap,dan mandi burung
Enggang sangat mempesona shg dibuatlah tarian ini.
Tari BELIAN SENTIW/BAWO (Dayak Tunjung)
Belian adalah beberapa macam atau bagian dari cara pengobatan orang Dayak,
dimana dg Belian ini orang Dayak mengobati orang sakit. Pengobatan dg cara
meminta pada leluhur, para dewa, dan penguasa alam. Dalam upacara itu, dukun
belian diharapkan dpt menyembuhkan orang sakit.
Tari LONYAQ
(Dayak Ahoeng)
Lonyaq adalah tokoh legenda, seorang pahlawan gagah berani yg
mempunyai kesaktian. Pemberantas kejahatan, pembela sukunya dan penakluk
suku-suku lain. Senjata dan saran perangnya dibuat dg kesaktiannya. Dia terbang
kemana-mana dg caping atau seraung sakti. Konon dia kebal thd senjata apapun,
dan sekali tebas mandaunya dpt membunuh ratusan orang. Setelah berperang,
Lonyaq kembali ke desa dan dielu-elukan masyarakat serta dipuja wanita.
Kesenian Jawa Timur
Jawa Timur memiliki
sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa
Timuran yang cukup terkenal,
yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda
dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan
kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan
kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini
kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan
Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi.
Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reogkini juga menjadi icon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai
unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit
purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan
seperti ketoprak dan wayang
kulit cukup populer.
Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lainDamarwulan, Angling Darma, dan Sarip Tambak-Oso.
Seni tari tradisional di
Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa
Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara
lain tari gambyong, tari srimpi, tari bondan, dan kelana.
Musik Nuansa Minangkabau
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat
yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari
setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa
diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa
diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen
alat musik tradisional saluang, bansi,talempong, rabab, dan gandang
tabuik.
Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang
(cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang[13].
Musik
Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya
bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang
memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung
halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.
Industri musik di Sumatera Barat semakin berkembang dengan
munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam
musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera
Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes
Gumarang.Elly
Kasim, Tiar
Ramon dan Yan
Juned adalah penyanyi daerah Sumatera Barat yang terkenal di era
1970-an hingga saat ini.
Perusahaan-perusahaan rekaman di Sumatera Barat antara
lain: Tanama
Record, Planet
Record, Pitunang
Record, Sinar
Padang Record,Caroline
Record yang terletak di kota Padang dan Minang
Record, Gita
Virma Record yang terletak
di kota Bukittinggi.
Saat ini para penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di
Sumatera Barat bernaung dibawah organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik
Rekaman Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia).
]Tarian tradisional
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah
dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan
seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya
juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat
klasik, diantaranya Tari
Pasambahan, Tari
Piring, Tari
Payung dan Tari
Indang. Sementara itu terdapat pula suatu
pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni
bela diri yang disebut silek dengan
tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama Randai[14].
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai. Tarian Turuk
Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga
judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung,
tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya[15].
Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa
kita kenal dengan sebutan Debus. Debus adalah salah satu jenis kesenian
tradisional rakyat Jawa Barat yang terdapat di daerah Pamempeuk, Kabupaten
Garut. ini tercipta kira-kira di abad ke 13 oleh seorang tokoh penyebar agama
Islam, pada waktu itu di daerah tersebut masih asing dan belum mengenal akan
ajaran Islam secara meluas. Tokoh penyebar agama Islam disebut Mama Ajengan.
Mama Ajengan berpikir dalam hatinya bagaimanakah
caranya untuk dapat menyebarluaskan atau mempopulerkan ajaran agama Islam
karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan
dan agama lain yang di anut oleh masyarakat setempat. Sedangkan ajaran agama
Islam pada waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya.
WAYANG KULIT
Mengenal kebudayaan Jawa tidak akan terlepas dari mengenal seni tradisional wayang kulit yang masih digemari hingga sekarang. Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang (kerbau, lembu atau kambing). Secara sejarah, wayang kulit terutama berkembang di Jawa dan di sebelah timur semenanjung Malaysia seperti di Kelantan dan Terengganu. Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.
Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.
Bagaimana cara pertunjukan wayang kulit berlangsung?
Tempat pertunjukan wayang ditata dengan menggunakan konsep pentas yang bersifat abstrak. Arena pentas terdiri dari layar berupa kain putih dan sebagai sarana tehnis di bawahnya ditaruh batang pisang untuk menancapkan wayang.
Ada seorang dalang yang memainkannya dan sekaligus menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, yang bisa dibilang sebagai penghibur terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa. Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.
Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang. Babak pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.
Untuk mementaskan pertunjukan wayang kulit secara lengkap dibutuhkan kurang lebih sebanyak 18 orang pendukung. Satu orang sebagai dalang, 2 orang sebagai waranggana, dan 15 orang sebagai penabuh gamelan merangkap wiraswara.
Rata-rata pertunjukan dalam satu malam adalah 7 sampai 8 jam, mulai dari jam 21.00 sampai jam 05.00 pagi. Bila dilakukan pada siang hari pertunjukan biasanya dimulai dari jam 09.00 sampai dengan jam 16.00.
Narasi sang dalang akan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Wayang kulit dimainkan olah Ki Dalang di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Wayang biasanya mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut. Ki dalang juga dapat memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita juga diambil dari cerita Panji.